I. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN SABUN
II. TANGGAL : 18 Oktober 2011
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Dapat membuat langkah kerja pembuatan sabun
2. Dapat membuat emulsi sabun
3. Dapat meramalkan reaksi pembuatan sabun
4. Dapat menjelaskan perbedaan produk sabun antara sabun yang terbuat dari alkali dengan menggunakan NaOH dan KOH
5. Dapat membuat sabun mandi yang mengandung susu
IV. TINJAUAN PUSTAKA :
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yan terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
V. CARA KERJA
VI. HASIL PENGAMATAN :
No. | Perlakuan | Pengamatan |
Sebelum | Sesudah |
1. | Pembuatan Sabun I: · 10 gram minyak goreng dimasukkan kedalam gelas kimia · Ditambahkan 1 gram asam stearat · Dipanaskan sampai suhu 70oC · Didinginkan sampai 50oC · Ditambahkan larutan NaOH · Diaduk · Ditambahkan 12 gram alcohol · Ditambahkan 4 gram gliserin · Diaduk · Didinginkan · Ditambahkan beberapa tetes essence · Dituang kedalam cetakan
|
· Minyak goring: orenye · Asam stearat: serbuk putih · NaOH: serpihan putih · Etanol: jernih tidak berwarna · Gliseril: cairan kental putih jernih · Essence: parfum bibit berwarna kuning (++) |
· Minyak goreng+ asam stearatà larutan · Setelah dipanaskan 70oC: larutan kental putih · Setelah ditambahkan NaOHà larutan lebih encer · Setelah ditambah alcohol dan gliserin: larutan menjadi tidak homogen: larutan bening+gumpalan yang tidak larut · Setelah ditambah essence: tercium bau harum · Sabun tidak homogen(++) |
2. | Pembuatan Sabun II: · 10 gram minyak kelapa dimasukkan kedalam gelas kimia · Ditambahkan 1 gram asam stearat · Dipanaskan sampai suhu 70oC · Didinginkan sampai 50oC · Ditambahkan larutan NaOH · Diaduk · Ditambahkan 12 gram alcohol · Ditambahkan 4 gram gliserin · Diaduk · Didinginkan · Ditambahkan beberapa tetes essence · Dituang kedalam cetakan |
· Minyak kelapa: putih · Asam stearat: serbuk putih · NaOH: serpihan putih · Etanol: jernih tidak berwarna · Gliseril: cairan kental putih jernih · Essence: parfum bibit berwarna kuning(++) |
· Minyak kelapa+ asam stearatà larutan · Setelah dipanaskan 70oC: larutan kental putih · Setelah ditambahkan NaOHà larutan lebih encer · Setelah ditambah alcohol dan gliserin: larutan menjadi tidak homogen: larutan bening+gumpalan yang tidak larut · Setelah ditambah essence: tercium bau harum · Sabun tidak homogen(+) |
3. | Sifat emulsi Sabun I: Tabung A · Dimasukkan 3 mL aquades+ 5 tetes minyak kelapa sawit kedalam tabung reaksi · Ditambahkan 2 mL larutan sabunI (dari 0,2 gram sabun yang dilarutkan dalam 7 mL aquades panas) · Dikocok utuk mendapatkan emulsi · Didiamkan · Dihitung waktunya mulai sejak didiamkan sampai terjadi pemisahan antara miyak dan air |
· Aquades: jernih tidak berwarna
· Minyak goreng: oranye · Larutan sabun: putih keruh |
· Aquades+minyak gorengà terdapat 2 lapisan (minyak dan air) · Setelah ditambah larutan sabun dan dikocok: larutan keruh, terjadi pemisahan antara minyak dan air atau larutan mengemulsi selama 6 menit serta terdapat buih (+) |
| Tabung B · Dimasukkan 3 mL aquades+ 5 tetes minyak kelapa sawit kedalam tabung reaksi · Dikocok utuk mendapatkan emulsi · Didiamkan · Dihitung waktunya mulai sejak didiamkan sampai terjadi pemisahan antara miyak dan air |
· Aquades+minyak gorengà terdapat 2 lapisan (minyak dan air) · Setelah dikocok terdapat gelembung udara dan laapisan minyak dan air tidak menyatu · Larutan minyak +air tidak mengemulsi (emulsi (-)) · Waktu yang diperlukan 1 menit 10 detik |
| Sifat emulsi Sabun II: TabungA · Dimasukkan 3 mL · aquades+ 5 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi · Ditambahkan 2 mL larutan sabun II (dari 0,2 gram sabun yang dilarutkan dalam 7 mL aquades panas) · Dkocok utuk mendapatkan emulsi · Didiamkan · Dihitung waktunya mulai sejak didiamkan sampai terjadi pemisahan antara miyak dan air
|
· Aquades: jernih tidak berwarna · Minyak kelapa: putih · Larutan sabun: putih keruh |
· Aquades+minyak kelapa à terdapat 2 lapisan (minyak dan air) · Setelah ditambah larutan sabun dan dikocok: larutan putih keruh (+),terjadi pemisahan antara minyak dan air atau larutan mengemulsi selama 3 menit serta terdapat buih (+++) |
| Tabung B · Dimasukkan 3 mL aquades+ 5 tetes minyak kelapa kedalam tabung reaksi · Dikocok utuk mendapatkan emulsi · Didiamkan · Dihitung waktunya mulai sejak didiamkan sampai terjadi pemisahan antara miyak dan air |
· Aquades+minyak gorengà terdapat 2 lapisan (minyak dan air) · Setelah dikocok terdapat gelembung udara dan laapisan minyak dan air tidak menyatu · Larutan minyak+air tidak mengemulsi tetapi lapisan tidak begitu terlihat jika dibandingkan dengan lapisan pada sabun dari minyak goreng atau emulsi (+) · Waktu yang diperlukan yaitu 1 menit |
VII. PEMBAHASAN :
Percobaan I : Pembuatan sabun
Reaksi pembuatan sabun secara umum adalah
Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu pembuatan sabun. Reaksi pembentukkan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikannya suatu alkali (NaOH), Reaksi ini disebut dengan Reakisi Saponifikasi (penyabunan). Pertama-tama disiapkan semua bahan yang diperlukan seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, asam stearat, NaOH, gliserin, alcohol, dan minyak zaitun.
Dimulai dengan mencampurkan minyak goreng (kelapa sawit) dan NaOH larutan (yang diperoleh dengan melarutkan NaOH padatan ini ke dalam 3.3 mL air). Ke dalam minyak kelapa sawit kemudian ditambahkan asam stearat 1 gram, dimana fungsi dari asam stearat adalah untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Setelah itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu 70° C agar asam stearat mencair, namun pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini behubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan oleh autooksidasi. Setelah itu dimasukkan Larutan NaOH dan diaduk perlahan secara terus menerus agar larutan tersebut bercampur secara merata, penambahan NaOH ini dilakukan setelah campuran didinginkan pada suhu 50°C. Penambahan Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika digunakan basa KOH maka yang diperoleh adalah sabun cair (lunak). Kemudian ditambah dengan 12 gram alcohol dan 4 gram gliserin, setelah penambahan ini campuran dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan jernih. Fungsi dari penambahan alcohol dan gliserin, yaitu alcohol berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. Sedangkan gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Glycerin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis. Kemudian membiarkan campuran agak dingin kemudian ditambah dengan minyak zaitun yang fungsinya sebagai pewangi pada sabun, dan selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran memadat.
Selanjutnya yaitu pembuatan sabun dari minyak kelapa dimana cara, bahan, serta perlakuannya sama seperti pada pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa sawit.
- Sabun dari minyak sawit
Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
- Sabun dari minyak kelapa
Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Percobaan II : Sifat Emulsi Sabun
a. Minyak kelapa
Pada pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara melarutkan sabun 0.2 gram dengan aquades 3 mL, larutan tersebut dicampur dengan minyak kelapa sebanyak 5 tetes kemudian dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati pemisahan lapisan yang terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan lapisan tersebut. Ternyata 3 menit terjadi pemisahan lapisan antara lapisan air dan lapisan minyak. Berarti sabun yang dibuat itu tidak mengalami emulsi secara sempurna.
Sebagai pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara mencampur aquades 3 mL dengan 5 tetes minyak kelapa dengan tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut dan dikocok kuat- kuat agar bercampur homogen. Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata membutuhkan waktu 1 menit untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak.
b. Minyak kelapa sawit
Perlakuan pada uji emulsi sabun dengan menggunakan minyak kelapa, dan 6 menit terjadi pemisahan antara lapisan air dan lapisan minyak sehingga pada pembuatan sabun menggunakan minyak kelapa mengalami emulsi yang lebih sempurna dibandingkan sabun dari minyak kelapa.
Pada pembandingnya, pengujian emulsi menggunakan minyak kelapa sawit ditambah dengan aquades, waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan antara lapisan air dan lapisan minyak yaitu 1 menit 10 detik.
VIII. DISKUSI :
Hasil pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit, tidak memadat secara sempurna/tidak homogeny, sedangkan pada sabun dari minyak kelapa tidak dapat memadat sama sekali. Walaupun telah didinginkan selama ± 1 minggu. Ada beberapa factor yang menyebabkan hal demikian terjadi. Yang pertama dalam penambahan alcohol mungkin kurang pelan atau tidak dengan sedikit demi sedikit, kemungkinan kedua yaitu pada pengadukan, pengadukan yang dilakukan terlalu cepat sehingga mempengaruhi terbentuknya campuran yang homogen. Dan kemungkinan yang ketiga yaitu ada salah satu bahan pembuatan sabun ini yang sudah kadaluarsa atau rusak sehingga mempengaruhi hasil akhir dari pembuatan sabun ini.
IX. KESIMPULAN :
Sabun yang dihasilkan tidak jadi dalam artian campuran sabun tidak homogeny yaitu disebabkan beberapa factor, diantaranya adalah penambahan alcohol yang tidak perlahan-lahan, pengadukan yang terlalu keras dan salah satu bahan yang rusak.
Namun meski kurang berhasil, sabunnya minimal dapat mengalami emulsi, walaupun tidak sempurna, terbukti karena 6 menit baru terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak (untuk sabun dari minyak kelapa sawit), sedangakan pada sabun dari minyak kelapa baru terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak selama 3 menit.
X. JAWABAN PERTANYAAN :
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur kerja/diagram alir?
· Pembuatan Sabun Keras
·
Pembuatan Sabun Lunak
2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun!
3. Bagaimana diagram alur untuk emulsi sabun?
4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun!
Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau garam empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal dengan continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi dalam air. Senyawa ini molekul-molekulnya mempunyai afinitas terdapat kedua cairan tersebut. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Emulsi temporer terjadi bila minyak dan air saja yang dikocok bersama-sama, akan berbentuk butir-butir lemak dan terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan partikel-partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi sebelum waktu pemakaian. Berbeda dengan emulsi sementara, emulsi yang mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan ketiga yang mampu membentuk sebuah selaput (filen) disekeliling butiran yang terdispersi, sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk bahan ketiga diantaranya adalah emulsifier, stabilizer atau emulsifying agent. Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning telur, telur utuh, gelatin, pasta kanji, kasein, albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprica atau mustard. French dressing yang biasanya tidak begitu stabil dibuat menjadi lebih stabil dengan penambahan dalam banyak tepung paprika yang dapat membentuk lapisan tipis disekeliling butir-butir lemak yang terdispersi.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar). Maka dapat lebih membatu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w). Sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o). Contohnya mentega dan margarin. Cara kerja emulsifier dapat terilustrasikan bila butir-butir lemak telah terpisah karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemak yang terdispersi tersebut segera terselubungi oleh selaput tipis emulsifier. Bagian molekul emulsifier yang nonpolar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak. Sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut (air, continous phase).
Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam miyak, hidrofobik)
Polar : COONa+ larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran polar)
Proses penghilangan kotoran.
- Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan.
- Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi
- Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
5. Jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali NaOH dengan KOH!
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH --> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Sabun Padat
Sabun padat dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak sawit serta menggunakan alkali (NaOH). Untuk memadatkan sabun dapat digunakan asam stearat.
Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.
XI. DAFTAR PUSTAKA :
Anonim, A.2009.Komponen Pembuatan Sabun.http://naturalmilksoap.blogspot.com (diakses pada Senin, 24 Oktober 2011 Pukul 20:05 WIB).
Anwar, Chairil, dkk. 1966. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Priyono, Agus.2009.Makalah Pembuatan Sabun.Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Hidajati, Nurul dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya : Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa.
Posted 12th November 2011 by Devita